Waktu terus berjalan, tiada yang dapat menghentikan putaran sang waktu. Dari detik ke menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun. Saat ini tiga tahun sudah aku mengidap penyakit ini. Bukan waktu yang singkat bagi seorang yang di vonis penyakit Hipertensi Pulmonal. Tapi inilah aku, dalam setiap sakit dan bahagia yang kurasa hanya bersyukur yang dapat kulakukan untuk melalui waktu bersama dengan penyakitku ini.
Saat ini aku sedang duduk merenungi waktu tiga tahun yang telah kulalui. Dunia baru apakah yang kudapat dari semua kehilanganku? Dunia baru apakah yang kudapat dari penyakitku ini? Benar aku kehilangan duniaku yang lama. Cita-citaku melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dunia indahku bersama teman-teman sepelayanan, atau hal-hal kecil yang bagi orang normal kelihatan mudah tapi bukan untukku, berenang atau sekedar jalan-jalan mengelilingi pusat kota. Itulah dunia yang kurindukan. Berat.. sangat berat. tidak mudah kehilangan sesuatu yang dulunya milik ku. Tapi itulah bagian yang harus aku jalani saat ini. Keluh kesah?? Manusiawiku sering mengalaminya, tapi Tuhanku tidak pernah mengijinkannya berlama-lama.
Apa yang Tuhan buat dalam semua kehilanganku? Penyakit dan kenanganku mengajarkan akan banyak hal termasuk makna dari hidup ini. Hidup ini hanyalah anugerah Tuhan. Kesehatan dan apa pun yang kita miliki semata anugerah Tuhan. Ini yang menjadi dasar bagiku untuk bersyukur pada setiap apa pun yang diberikan olehNya.
Penyakit dan kehilanganku mengajarkan bahwa Tuhan itu berkuasa dan berdaulat penuh akan hidupku.
Awalnya begitu menyakitkan. Sulit untuk menerima kenyataan. Mencoba untuk mengingkari setiap kenyataan. Meyakinkan diri kalau vonis dokter itu salah, ini hanya mimpi buruk yang sesaat aku terbangun maka semuanya akan kembali normal kembali. Ternyata tidak. Itu semua kenyataan yang harus kuhadapi. Kebenaran yang sekuat apa pun kucoba untuk mengingkarinya hanya akan berakhir sia-sia. Tapi aku mencoba bangkit dan berani menghadapi kenyataan. Menangisdan berkeluh kesah hanya akan menambah pernderitaanku saja apalagi jika membandingkan hidupku dengan orang lain yang dari luar selalu tampak bahagia.
Bukannya aku tidak bertanya kepada Tuhan, mengapa aku?? Kenapa aku yang Engkau pilih dan bukan orang lain saja? Bodohnya aku bertanya seperti itu. Bukankah Tuhan punya otoritas penuh untuk itu dan hal itu hanya akan membuat fisikku menjadi semakin lemah. Tidak ada gunanya untuk bertanya seperti itu.
Kini, aku bisa menegakkan kepala kembali. Tidak ada yang salah dengan menangis, namun cukuplah untuk beberapa saat selanjutnya tegakkan kepala dan hadapi hidup dengan tersenyum. Aku tidak mau larut dalam keterpurukan, putus asa yang hanya akan menyusahkan diriku dan juga orang-orang sekitarku. Aku belajar untuk selalu datang ke pada Sang Pencipta. Sang pemazmur berkata, "hanya dekat Allah saja aku tenang". Benarlah firman itu, dekat dan mendekatkan diri dengan Tuhan membuat jiwaku tenang dan kepada Dia aku selalu mencurahkan isi hatiku. Ini yang kudapatkan dalam kehilanganku. Waktu yang semakin banyak bersama Tuhan. Dulu hanya sedikit waktu yang kusisakan namun kini semakin banyak waktu yang kuhabiskan bersama dengan Dia. Berbicara denganNya selayaknya sahabat, menceritakan semua beban kepadaNya. Aku bersykur, dalam kehilanganku aku mendapatkanMu, waktu bersamaMu my savior Jesus Christ...
* Medan, 12.26 AM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar